Di Indonesia prangko berkembang dengan melalui beberapa periode yaitu :Masa penjajahan BelandaPada masa tersebut di Indonesia telah dipergunakan prangko " Raja Willem III" yaitu pada tahun 1864. Prangko pada zaman Hindia Belanda ini berwarna merah anggur dan memuat gambar Raja Willem III dari Belanda dalam bingkai berbentuk persegi,pada bagian atas prangko terdapat tulisan " 10 cent" dan pada bagian bawahnya memuat tulisan " Postzegel" pada bagian sebelah kiri memuat tulisan " Nederl" dan pada bagian kanan memuat tulisan" Indie".prangko Hindia Belanda pertama ini tidak berperforasi (tanpa gigi), dicetak di negeri Belanda (Utrecht) sebanyak 2.000.000 prangko.Gambar prangkonya dirancang oleh T.W kaisar dari Amsterdam.
Masa Pendudukan JepangSesudah pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada bala tentara jepang tanggal 8 Maret 1942,Pemerintah Sipil dilakukan dibawah Pimpinan Angkatan Perang Jepang. Pada awal Pendudukan Jepang persediaan prangko Jaman Belanda masih banyak.Karena prangko baru belum sempat dicetak ,Prangko-prangko lama tetap dipergunakan dengan membubuhkan cetak tindih yang mempergunakan huruf Jepang. Gambar-gambar cap tersebut ada yang berupa " Binatang" seperti didaerah Aceh,ada yang berbentuk" Palang" seperti di Sumatra utara dan ada yang berwujud "Jangkar" seperti didaerah Indonesia Timur. Cetak tindih tersebut memuat kata "Dai Nippos Yubin Kyoku" . Setelah melalui masa cetak tindih maka pada tahun 1943 diterbitkan prangko-prangko Jepang yang bergambarkan bola dunia dengan peta kerajaan Jepang,kerbau yang sedang membajak,pantai laut dan lain-lain.
Masa perang Mempertahankan kemerdekaanBangsa Indonesia tidak melewatkan peluang emas pada hari hari terakhir perang dunia kedua ketika jepang menyerah kepada sekutu dengan memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi pengambilalihan kekuasaan tidak berjalan dengan mulus,Karena bala tentara Jepang tidak mau menyerahkan kekuasaan dan persenjataan mereka kepada pihak Indonesia.Demikian pula dengan pelayanan pos, selama lebih dari sebulan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI masih ditangani olah Dinas Pos Jepang.Tetapi tanggal 29 September 1945 ,tentara Belanda yang membonceng tentara sekutu yang bertugas melucuti persenjataan Jepang mendarat di Batavia,terjadilah perang fisik yang paling berdarah dalam sejarah bangsa Indonesia yang menelan korban lebih dari 1 juta jiwa.Perang berlangsung sejak Oktober 1945 s.d akhir 1949.Dari sudut Filateli masa tersebut sangat menarik karena ada 3 pelayanan pos yang diselenggarakan oleh dua negara yang bermusuhan diatas wilayah yang sama.Dikota-kota besar yang berhasil direbut Belanda berlangsung pelayanan pos dengan menggunakan prangko Ned-Indie,dilain pihak daerah yang masih dikuasai oleh RI pelayanan pos diselenggarakan oleh Djawatan PTT dengan menggunakan Prangko Indonesia. Prangko pertama yang dicetak oleh Pemerintaha Republik Indonesia yaitu "Memperingati setengah tahun merdeka", dalam memperingati 1 tahun Merdeka Pemerintah Indonesia menerbitkan prangko seri Revolusi tanpa perekat yang pada waktu di cetak di jakarta.
Masa Demokrasi LiberalPada awal tahun 1950 setelah berakhirnya masa Perang Kemerdekaan, PTT Indonesia memulai lembaran baru dalam sejarahnya.Sebagai akibat taktik bumi hangus gerakan-gerakan gerilya pejuang, berpuluh-puluh Kantor Pos,Kantor Telegrap dan Kantor Telepon hancur. Hal ini merupakan tantangan bagi PTT karena dengan kejadian tersebut merupakan hambatan terhadap lancarnya usaha pengluasan dan pembangunan Jawatan PTT. Salah satu sumber pendapatan Jawatan PTT untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran eksploitasi Perusahaan adalah hasil penjualan benda-benda pos, antara lain berbagai jenis prangko,sampul,warkatpos,kartupos,kupon balasan internasional formulir-formulir dan lain-lain. Dalam memnuhi kebutuhan tersebut maka diadakan pembaharuan kontrak antara Jawatan PTT dengan N.V Joh.Enschede en Zonen di Haarlem (Negeri Belanda) untuk pencetakan prangko harga Rp 1,- keatas dalam masa 5 tahun mulai tanggal 1 Januari 1950.Pada permulaan tahun 1950 muali terdapat prangko : Prangkjo biasa seri Angka(smelt) yang terbit pada tanggal 1-1-1949, Prangko Biasa seri Bangunan(dengan gambar rumah dan candi) yang terbit pada tanggal 1-9-1949, Prangko Peringatan UPU seri UPU yang terbit pada tanggal 1-10-1949. pada awal 1950 sebagian dari sisa persediaan Prangko Seri Angka dan Seri Bangunan dibubuhi cetak tindih" R.I.S" .dan selama tahun 1950 diterbitkanlah prangko-prangko seperti Prangko RIS yang terbit pada tanggal 17-1-1950,Prangko Peringatan Seri Garuda diterbitkan pada tanggal 17-8-1950 dll.
Masa Demokrasi terpimpinPada tahun 1959-1965 banyak juga prangko yang diterbitkan seperti Prangko Biasa, Prangko Peringatan,Prangko Istimewa dan Prangko Amal. Untuk memperingati Dekrit Presiden Soekarno tanggal 5 Juli 1959 yang menyatakan berlakunya kembali Undang-undang dasar 1945 , dikeluarkanlah pada tanggal 17-8-1959 Prangko Peringatan "Berlakunya kembali UUD 1945" prangko tersebut terdiri dari 4 buah dengan harga 20 sen,50 sen,75 sen, Sampul Hari Pertama diterbitkan dengan harga Rp 7,50,-. Pada tanggal 26-10-1959 diterbitkan Prangko Peringatan seri Konperensi Kolombo ke II berhubung diadakannya Konperensi Rencana Kolombo ke II di Yogyakarta.Dalam tahun 1960 dikeluarkan Prangko Peringatan seri " Kongres Pemuda Seluruh Indonesia ", tahun Pengunsi Sedunia, seri Hari Kesehatan Sedunia." Pembasmian Malaria" dan prangko amal seri "Hari Sosial’ dan prangko biasa seri Presiden dan seri Hasil Bumi. Pada tahun 1962 bertalian dengan Asian games ke IV di Jakarta tanggal 22 Agustus 1962 s.d 6 September 1962 diterbitkan seri Asian Games.Pada tahun 1963 diantaranya diterbitkan seri Bendera Merah Putih, dan pada tahun 1964 diterbitkan seri Presiden,Transport dan Komunikasi.Selama masa Demokrasi Terpimpin ini Jawatan PTT,PN Postel dan PN Pos dan Giro mempunyai fungsi sosial dalam pengumpulan dana bagi badan-badan sosial memberikan hasil bersih dari harga tambahan prangko- prangko amal kepada badan-badan sosial.
Masa Orde BaruPerkembangan prangko dimasa Orde Baru mulai tangggal 11 maret 1966 s.d akhir tahun 1980, banyak prangko yang telah diterbitkan sebagai contoh mulai dari prangko Pahlawan Revolusi yang terbit pada tahun 1966 s.d prangko Peringatan 10 Tahun AOPTS ( Asian Oceanic Postel Training School) yang terbit pada tanggal 10-9-1980. berbagai jenis prangko telah diterbitkan oleh pemerintah Indonesia semakin hari semakin baik prangko yang diterbitkan baik dari desain maupun bahannya. Untuk dapat melihat jenis prangko-prangko yang telah diterbitkan anda dapat melihat pada katalog prangko Indonesia.